Seperti yang kita tahu bahwa Cirebon
tumbuh dan berkembang menjadi kota penuh dengan warisan budaya dan
sejarah yang menjadi bagian kebudayaan Cirebon.
Dimana telah menjadi bagian penting dari kehidupan bangsa Indonesia dan
tercatat sebagai situs sejarah nasional. Tentu saja, banyaknya potensi
budaya yang ada di Cirebon, bukan hanya akan mendatangkan wisatawan,
melainkan bisa terbukanya lapangan pekerjaan di bidang pariwisata.
Pasalnya
dalam membangun, mengelola, hingga melestarikan budaya wisata di
Cirebon, pihak pemerintah pastinya membutuhkan banyak orang untuk
berpartisipasi dalam pembangunan maupun pelestarian. Kemudian tumbuh
tempat wisata budaya dan sejarah yang juga dukungan masyarakat setempat.
Inilah sisi kebudayaan Cirebon sebagai warisan sejarah.
1. Tari Topeng
Pada masa Kerajaan Jenggala berkuasa di bawah pemerintahan Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa, tarian tersebut masuk ke Cirebon melalui seniman jalanan.
Di Cirebon, tari topeng kemudian mengalami perpaduan dengan kesenian setempat sehingga melahirkan sebuah kesenian topeng yang khas.
Selanjutnya, mengingat Cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan seni tradisi yang telah ada sebelumnya.
Adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan Sunan Kalijogo.
Keduanya berusaha memfungsikan Tari Topeng yang ada sebagai bagian dari upaya penyebaran Islam sekaligus sebagai tontonan di lingkungan keraton. Selain tari ini ada juga 6 jenis kesenian lainnya yakni Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.
Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon pada tahun 1479, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini terkenal sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu.
Saking saktinya, Sunan Gunung Sakti beserta Sunan Kalijogo dan Pangeran Cakrabuana tidak mampu menandinginya. Akhirnya diambillah jalan diplomasi kesenian.
Keputusan tersebut kemudian melahirkan kelompok tari dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Menariknya, seiring dengan populernya kesenian ini, Pangeran Welang jatuh hati pada penarinya, bahkan rela menyerahkan pedang Curug Sewu sebagai pertanda cintanya.
Penyerahan senjata berarti pula hilangnya kesaktian sang pangeran. Dia menyerah dan kemudian setia pada Sunan Gunung Jati dengan ditandai pergantian namanya menjadi Pangeran Graksan.
Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian tari yang dimaksud lebih dikenal dengan nama Tari Topeng Cirebon. Dalam perkembangannya, tari ini pun memiliki bentuk dan penyajian yang spesifik.
Dari sini dikenallah beberapa macam tari, diantaranya Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji.
Sebagai tarian yang menggunakan properti topeng, kelima tari tersebut juga mengusung 5 jenis topeng yang kemudian dikenal sebagai Panca Wanda.
2. Batik Trusmi
Asal mulanya Sultan kraton menyuruh orang trusmi untuk membuat batik seperti miliknya tanpa membawa contoh batik, dia hanya di perbolehkan melihat motifnya saja. Saat jatuh tempo, orang trusmi itu kemudian datang kembali dengan membawa batik yang telah dia buat.Ketika itu orang trusmi tersebut meminta batik yang asli kepada Sultan,yang kemudian di bungkuslah kedua batik itu (batik yang asli dengan batik buatannya/duplikat).
Orang trusmi kemudian menyuruh sultan untuk memilih batik yang asli namun sangking miripnya sultan tidak dapat membedakannya, batik duplikat tersebut tidak ada yang meleset sama sekali dari batik aslinya. sehingga sultan mengakui bahwa batik buatan orang trusmi sangat apik, tanpa membawa contoh batik yang aslinya dapat membuat batik yang sama persis.
3. Lukisan Kaca
Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon,
bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pula Jawa. Pada masa
pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, Lukisan Kaca sangat terkenal
sebagai media dakwah Islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan
Lukisan Kaca Wayang.
Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan Lukisan Kaca masih terasa eksistensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon. Mengapa Lukisan Kaca disebut sebagai produk spesifik? Karena Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon
Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan Lukisan Kaca masih terasa eksistensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon. Mengapa Lukisan Kaca disebut sebagai produk spesifik? Karena Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon
4. Nasi Jamblang
Sega Jamblang (Nasi Jamblang dalam Bahasa Indonesia) adalah makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat, Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat Kabupaten Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun Jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan.
Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan jika dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama.
Walaupun menunya sangat beraneka ragam, tetapi harga makanan ini relatif sangat murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.
4. Kesenian Gembyung
Gembyung merupakan jenis musik ensambel yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian Gembyung yang tidak menggunakan waditra tarompet
Setelah berkembang menjadi Gembyung, tidak hanya eksis dilingkungan pesantren, karena pada gilirannya kesenian ini pun banyak dipentaskan di kalangan masyarakat untuk perayaan khitanan, perkawinan, bongkar bumi, mapag sri, dan lain-lain. Dan pada perkembangannya, kesenian ini banyak di kombinasikan dengan kesenian lain. Di beberapa daerah wilayah Cirebon, kesenian Gembyung telah dipengaruhi oleh seni tarling dan jaipongan. Hal ini tampak dari lagu-lagu Tarling dan Jaipongan yang sering dibawakan pada pertunjukan Gembyung. Kecuali Gembyung yang ada di daerah Argasunya, menurut catatan Abun Abu Haer, seorang pemerhati Gembyung Cirebon sampai saat ini masih dalam konteks seni yang kental dengan unsur keislamannya. Ini menunjukkan masih ada kesenian Gembyung yang berada di daerah Cirebon yang tidak terpengaruh oleh perkembangan masyarakat pendukungnya. Kesenian Gembyung seperti ini dapat ditemukan di daearah Cibogo, Kopiluhur, dan Kampung Benda, Cirebon.
Komentar
Posting Komentar